Kecerdasan buatan (AI) dengan cepat mengubah pendidikan dan pelatihan. Alat berbasis AI dapat menyesuaikan pengalaman belajar, mengotomatisasi tugas rutin, dan membuka sumber daya pengajaran baru. UNESCO mencatat bahwa AI “memiliki potensi untuk mengatasi beberapa tantangan terbesar dalam pendidikan” dan mempercepat kemajuan menuju tujuan pembelajaran global seperti Agenda Pendidikan 2030 PBB (SDG4).

Pada saat yang sama, para ahli internasional menekankan pendekatan yang berpusat pada manusia: AI harus digunakan secara adil agar “semua orang dapat memanfaatkannya” dalam revolusi teknologi ini.

Artikel ini membahas bagaimana AI diterapkan di ruang kelas dan program pelatihan, manfaat yang ditawarkannya, serta tantangan yang harus dikelola agar penggunaannya efektif.

Pembelajaran yang Dipersonalisasi dan Sistem Adaptif

Keunggulan utama AI adalah pembelajaran yang dipersonalisasi. Platform adaptif menganalisis kinerja setiap siswa (misalnya, hasil kuis atau waktu respons) dan kemudian menyesuaikan pengajaran: mereka mungkin memberikan latihan tambahan pada topik yang sulit bagi siswa dan mempercepat ketika penguasaan sudah jelas. Penelitian menunjukkan bahwa personalisasi seperti ini meningkatkan keterlibatan siswa dan hasil belajar.

AI juga dapat memberikan umpan balik instan dan individual pada tugas, memungkinkan siswa melihat kesalahan dan memperbaikinya segera. Sistem seperti ini memungkinkan pembelajar bekerja sesuai kecepatan mereka sendiri, hampir seperti memiliki tutor pribadi untuk setiap siswa.

UNESCO dan para ahli lainnya mencatat bahwa, ketika dirancang secara inklusif, alat AI ini membantu menutup kesenjangan pembelajaran dan memastikan semua siswa mendapat manfaat.

Pembelajaran yang Dipersonalisasi dan Sistem Adaptif

Bimbingan Cerdas, Pembuatan Konten, dan Alat

Sistem bimbingan berbasis AI, chatbot, dan asisten virtual semakin umum dalam pendidikan. ChatGPT dan model serupa dapat menjawab pertanyaan siswa, menjelaskan konsep dengan berbagai cara, dan bahkan membantu menyusun esai. Faktanya, analisis OECD menemukan bahwa model GPT-4 terbaru meraih skor sekitar 85% pada tes membaca dan sains internasional – lebih tinggi dari rata-rata siswa – yang menunjukkan kemampuan AI yang semakin berkembang dalam menangani tugas akademik.

Di ruang kelas dan kursus daring, pendidik menggunakan tutor AI ini untuk memberikan dukungan 24/7 dan menghasilkan soal latihan atau topik menulis sesuai permintaan. Tutor AI ini membuat pembelajaran lebih interaktif dan mudah diakses.

Bagi guru, AI dapat dengan cepat menghasilkan konten pendidikan. Seorang pengajar bisa meminta AI membuat kuis, slide, atau gambar ilustrasi dalam hitungan detik. Banyak platform pembelajaran (seperti Khan Academy atau Coursera) sudah menggunakan AI untuk merekomendasikan topik berikutnya berdasarkan kemajuan siswa.

Forum Ekonomi Dunia menyoroti studi kasus yang menunjukkan AI dapat mempersonalisasi pengalaman belajar dan menyederhanakan materi pengajaran. Namun, para ahli menekankan bahwa privasi data dan kesetaraan digital harus dijaga dalam setiap penggunaan AI.

Bimbingan Cerdas, Pembuatan Konten, dan Alat

Mendukung Guru dan Sekolah

AI juga membantu pendidik dan institusi. Perangkat lunak berbasis AI dapat mengotomatisasi penilaian tugas objektif dan bahkan memberikan umpan balik awal pada esai, menghemat banyak waktu guru. AI dapat melacak kehadiran dan nilai ujian untuk mengidentifikasi siswa yang mungkin tertinggal, memungkinkan intervensi dini.

Alat AI dapat menangani tugas rutin seperti penjadwalan kelas, pengiriman pengingat, dan pengelolaan data, sehingga guru dapat lebih fokus pada pengajaran langsung dan pembimbingan. Forum Ekonomi Dunia mencatat bahwa AI dapat “menyederhanakan tugas administratif,” memungkinkan pendidik menghabiskan lebih banyak waktu mengajar.

Namun, adopsi yang efektif memerlukan persiapan. Banyak sekolah dan universitas melaporkan kurangnya infrastruktur dan keahlian untuk memanfaatkan alat AI secara penuh. Misalnya, sebuah studi menemukan bahwa meskipun pembelajaran yang dipersonalisasi dan pengelolaan sumber daya yang efisien adalah aplikasi AI yang berharga di universitas, institusi sering menghadapi hambatan: pelatihan AI yang kurang untuk staf, tidak adanya kebijakan etika yang jelas, dan kebutuhan akan langkah keamanan siber yang lebih kuat.

Mengatasi kekurangan dalam pelatihan guru dan infrastruktur teknis adalah kunci agar sekolah dapat memanfaatkan manfaat AI.

Mendukung Guru dan Sekolah

Pelatihan Keterampilan dan Pembelajaran Sepanjang Hayat

AI juga mengubah pelatihan profesional dan vokasi. Seperti yang dicatat OECD, AI dan robotika akan “mengubah secara mendasar dunia kerja” dalam beberapa dekade mendatang dan mengubah keterampilan yang dibutuhkan orang. Dalam praktiknya, perusahaan menggunakan platform pembelajaran berbasis AI untuk meningkatkan keterampilan karyawan dengan jalur pelatihan yang dipersonalisasi.

Misalnya, sistem AI dapat menilai kemampuan dan tujuan karier karyawan saat ini, lalu merekomendasikan kursus, simulasi, atau proyek dunia nyata yang disesuaikan. Di bidang seperti manufaktur atau kedokteran, peserta pelatihan menggunakan laboratorium virtual dan simulasi berbasis AI: seorang peserta bisa berlatih prosedur bedah dalam VR atau mengerjakan tugas lini perakitan virtual. Latihan praktis dan simulasi ini mempercepat pembelajaran dan memastikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan nyata.

Dengan menyelaraskan pelatihan dengan tugas kerja yang sebenarnya, AI membantu pekerja membangun keterampilan yang benar-benar dibutuhkan oleh pemberi kerja mereka.

AI juga membuat pelatihan lebih mudah diakses dan dapat diperluas. Banyak perusahaan kini menawarkan lingkungan virtual interaktif (misalnya, pusat panggilan simulasi atau skenario layanan pelanggan) di mana karyawan dapat berlatih keterampilan dengan umpan balik AI. Alat terjemahan bahasa, pengenalan suara, dan teks ke suara membantu membuat materi pelatihan tersedia bagi penyandang disabilitas atau latar belakang bahasa yang berbeda.

Pengalaman belajar berbasis AI ini dapat diterapkan secara luas di organisasi, mendukung peningkatan keterampilan berkelanjutan seiring perkembangan industri. Singkatnya, AI memungkinkan pembelajaran sepanjang hayat dengan menyesuaikan pengembangan profesional pada pembelajar individu dan kebutuhan pasar kerja yang berkembang.

Pelatihan Keterampilan dan Pembelajaran Sepanjang Hayat

Aksesibilitas dan Inklusi

Teknologi berbasis AI meningkatkan akses bagi pembelajar dari berbagai latar belakang. Sistem teks ke suara dan suara ke teks, pengenalan gambar, dan terjemahan waktu nyata memungkinkan siswa dengan disabilitas penglihatan, pendengaran, atau belajar mengakses materi yang sebelumnya sulit atau tidak mungkin.

Misalnya, siswa tunanetra dapat menggunakan aplikasi AI untuk mendengarkan deskripsi diagram, atau siswa yang kesulitan membaca dapat mendengarkan buku teks. Alat-alat ini menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif.

UNESCO menekankan bahwa penerapan AI dalam pendidikan harus menjembatani perbedaan, memastikan bahwa “semua orang dapat memanfaatkan” teknologi baru. Ketika diterapkan dengan bijak, AI dapat membantu pembelajar berkebutuhan khusus atau di komunitas yang kurang terlayani mendapatkan kesempatan belajar yang setara.

Aksesibilitas dan Inklusi

Tantangan dan Pertimbangan

Meski menjanjikan, penggunaan AI dalam pendidikan harus dilakukan dengan hati-hati. Privasi dan keamanan merupakan perhatian utama: sistem AI mengandalkan pengumpulan data siswa, sehingga melindungi data tersebut dari penyalahgunaan atau kebocoran sangat penting. Bias dan keadilan juga menjadi isu. Misalnya, beberapa alat bahasa AI pernah salah mengklasifikasikan tulisan bahasa Inggris non-native sebagai hasil AI, yang berpotensi merugikan siswa tersebut.

Pendidik harus memastikan konten dan penilaian yang dihasilkan AI akurat dan tidak bias. Kesetaraan akses merupakan pertimbangan penting: tanpa perangkat atau akses internet yang memadai, alat AI bisa memperlebar kesenjangan pendidikan antara siswa yang beruntung dan kurang beruntung. UNESCO memperingatkan bahwa AI tidak boleh memperbesar kesenjangan teknologi.

Faktor manusia juga penting: guru perlu pelatihan literasi AI agar dapat menggunakan alat dengan efektif, dan mereka harus menyeimbangkan teknologi dengan interaksi personal untuk menjaga aspek sosial dan emosional pembelajaran. Di ruang kelas dan pelatihan tenaga kerja, perlindungan (seperti Undang-Undang AI Uni Eropa yang sedang berkembang) sedang disiapkan untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas.

Dengan mengatasi tantangan ini—melalui kebijakan, pedoman etika, dan desain inklusif—para pemangku kepentingan dapat memaksimalkan manfaat AI sekaligus meminimalkan risikonya.

>>> Klik untuk mengetahui:

Aplikasi AI dalam Bisnis dan Pemasaran

AI dalam Layanan Pelanggan

Tantangan dan Pertimbangan AI dalam Pendidikan dan Pelatihan


AI dengan cepat menjadi fondasi sistem pendidikan dan pelatihan di seluruh dunia. AI memungkinkan tingkat personalisasi, efisiensi, dan inovasi baru dalam pembelajaran. Dari pelajaran adaptif K–12 hingga pelatihan vokasi berteknologi tinggi, alat AI dapat membantu pendidik menjangkau lebih banyak siswa dan memenuhi kebutuhan yang beragam.

Pada saat yang sama, para ahli menekankan bahwa keberhasilan bergantung pada penerapan yang bertanggung jawab: menjaga kesetaraan, melindungi privasi, dan mempertahankan peran manusia.

Dengan menggabungkan pengajaran manusia dengan teknologi cerdas, serta menetapkan kebijakan dan pelatihan guru yang tepat, masyarakat dapat memanfaatkan AI untuk meningkatkan hasil belajar bagi semua pembelajar. Dengan cara ini, AI dapat mendorong kemajuan menuju pembelajaran inklusif dan sepanjang hayat – mewujudkan tujuan pendidikan secara global.

Referensi Eksternal
Artikel ini disusun dengan merujuk pada sumber eksternal berikut: